Riset Model Pendidikan Alquran untuk Tuna Rungu, Dewan Pengawas YPP Qomaruddin Aminatun Habibah Raih Gelar Doktor

Qomaruddin Media

Qomaruddin Media

Aminatun Habibah dalam Sidang Disertasinya

Qomaruddin.com — Model Pembelajaran Amati, Latih dan Baca (Amlaba) dinilai efektif dan layak dalam meningkatkan kemandirian belajar membaca Alquran bagi penyandang tuna rungu.

Demikian hasil penelitian dari Dewan Pengawas YPP Qomaruddin, Aminatun Habibah dalam Sidang Terbuka kandidat doktor Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya (UNESA) pada Selasa (14/05/2024) di Gedung Rektorat.

Riset sosok yang kerap disapa Bu Min itu berjudul “Pengembangan Model Pembelajaran Amlaba dalam Meningkatkan Kemandirian dan Hasil Belajar Membaca Al-Qur’an bagi Penyandang Disabilitas Tuna Rungu”. Riset dipromotori oleh Prof. Mustaji dan Co-Promotor Andi Mariono.

“Pendidikan adalah hak bagi semua anak, baik mereka yang normal maupun penyandang disabilitas. Dalam Islam, membaca Alquran, khususnya Alfatihah merupakan rukun salat, maka penyandang disabilitas harus mampu membaca Alquran,” tutur perempuan yang juga menjadi Wakil Bupati Gresik itu.

Atas dasar itu, dengan mengenakan gaun kurosi khas Gresik yang memukau, Bu Min menjelaskan model pembelajaran Amlaba yang menggunakan teori behaviorisme, pembelajaran aktif, keep-on learning, teori komunikasi dan teori tanda, mampu secara efektif diterapkan untuk anak tuna rungu mengaji karena memiliki aspek melatih oral mengeluarkan suara.

“Dalam hal keefektifan, model pembelajaran Amlaba dapat meningkatkan hasil belajar membaca Alquran bagi penyandang tuna rungu. Dapat diketahui bahwa diperoleh hasil t-hitung sebesar 24,07, dan keputusan karena t-statistik =24,08 > t-tabel=2,024, maka terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pretest dan posttest di kelas eksperimen,” teranya saat menyampaikan kesimpulan.

Setelah memaparkan hasil risetnya, Bu Min kemudian dengan lancar dan tenang menjawab semua pertanyaan dari para penguji. Para tamu undangan yang menyaksikan juga tampak terkagum dengan penjelasan-penjelasan yang diberikan Bu Min. Tidak hanya meyakinkan, tapi juga informatif.

“Kehebatan Bu Min adalah, belum ada suatu model yang secara khusus mengajarkan Alquran untuk tuna rungu,” puji salah satu dosen penguji.

Kurang lebih selama dua jam Bu Min beradu argumen dengan para penguji dan promotor dengan disaksikan ratusan tamu undangan. Para penguji dan promotor kemudian menyatakan Bu Min lulus dengan predikat sangat memuaskan.

“Mulai saat ini, saudari Aminatun Habibah berhak mendapat gelar doktor dalam teknologi pendidikan,” ucap Rektor UNESA, Prof. Nur Hasan di hadapan para tamu dan para penguji, di antaranya: Prof. Dr. Moch. Nursalim, M.Si., Prof. Dr. Putsaji Setyosari, M.Ed., Dr. Bachtiar Bachri, M.Pd., Dr. Andi Kristanto, M.Pd., dan Dr. Fajar Arianto, S.Pd., M.Pd.

Artikel Terkait

Leave a Comment