Dengan Gebyar Budaya, Tidak Lupa Berbahagia

Avatar

Wahyu Mei

Ini adalah kali kedua peringatan menyambut tahun baru islam di Yayasan Pondok Pesantren Qomaruddin dimeriahkan dengan ajang gebyar budaya dan pentas seni. Peringatan 1 Muharram 1440 H yang digelar satu hari sebelum tahun baru hijriyah ini mengusung tema “Gaungkan semangat hijrah menuju Indonesia yang satu dalam bhineka”.

Senin pagi, 11 September 2018, di Lapangan SMA Assa’adah, hiruk pikuk penonton di depan panggung sudah mulai terasa. Acara dibuka dengan menyanyikan Lagu Indonesia Raya dan Mars YPPQ oleh Tim paduan suara Bintang Qomaruddin yang diiringi oleh drumband SMK Assa’adah, kemudian sambutan dari ketua pelaksana, Firman Pribadi dari SMP Assa’adah serta sambutan atas nama YPPQ oleh KH. M. Alauddin, Lc, M.SEI. Dan dilanjutkan pembacaan do’a awal dan akhir tahun oleh KH. Abdul Kholiq Sholeh, S.Pd.I.

“Alhamdulillah sampai saat ini kita masih diberi nikmat berbahagia oleh Allah SWT. Dan kebahagiaan yang kita rasakan ini sangat diperbolehkan dalam islam. Fabidzalika falyafrohuuAllah memerintahkan kita untuk senang dan gembira dengan rahmatNya. Dan karena kita juga mendapat nikmat atas hijrahnya rasul dari Makkah ke Madinah, maka dari itu agama islam bisa menyebar tidak hanya di jazirah arab tapi juga sampai di Indonesia, sehingga kita patut berbahagia,” tutur Alauddin dalam sambutannya.

“Dan YPPQ dalam rangka memberikan pengajaran dan pendidikan agar kita tidak lupa berbahagia setiap tahun kita peringati acara hijrahnya rasul dengan gebyar budaya. Tentunya kita tampilkan budaya nusantara dan kreasi-kreasi santri yang sesuai dengan ajaran islam dan sunnah rasul. Karena banyak sekali kreasi dan budaya yang tidak sesuai dengan ajaran islam baik di zaman dulu seperti Arab Saudi yang saat itu sukanya mabuk-mabukan. Juga misalnya seperti merayakan tahun baru yang tidak islam dengan mabuk-mabukan. Yang seperti itu tentu tidak dikembangkan YPPQ,” lanjutnya.

Alauddin juga mengungkapkan rasa bahagianya karena 3 santri Qomaruddin berhasil dalam bidang akademis yaitu di ajang Hongkong Internasional Mathematic Olympiad (HKIMO) beberapa waktu lalu. Mereka adalah Muhammad Jilan Wicaksono (14) peraih mendali emas mewakili MTs NU Assa’adah di level secondary, Ahmad Wasis Shofiyullah (12) peraih medali perak level primary 6 dan Strisadhuta Shofiah (7) peraih medali perak primary 1. Keduanya merupakan murid MI Assa’adah. Ketiga santri ini adalah putra dan putri pasangan Abdul Qodir dan Sumiati yang merupakan guru di lingkungan YPPQ. Acara kemudian dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada santri yang Berjaya di level internasional tersebut.

Usai pembukaan, masuk ke acara inti yaitu pentas seni yang dipandu oleh Pak Haris, Guru PKN dan Bu Za, Guru Bahasa Inggris SMP Assa’adah. Dengan juri Ni’matul Karimah dan Ibrahim Dzunuroin, atau yang akrab disapa Cak Ro’in, Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Gresik yang juga guru teater seantero Gresik. Pagelaran tahunan ini melibatkan peserta mulai dari PAUD/TK sampai Perguruan Tinggi. Semua unjuk gigi kebolehan masing-masing. Suguhan kreatif dan inovatif yang ditampilkan oleh perwakilan masing-masing unit semakin menambah meriahnya acara tersebut.

Even yang bisa ditonton live streaming elektroTV STTQ ini dimulai pada pukul 07.00 WIB dengan menampilkan berbagai atraksi seni. Diantaranya shalawat badar, gerak dan lagu islami yang dibawakan oleh siswa taman kanak-kanak, shalawat Ya Rabbi dan puisi oleh siswa MI, Musikalisasi Puisi ‘Pada suatu pagi hari’ karya Sapardi Djoko Damono oleh siswa SMP dan Teater Drama dari SMAdah.

Selain itu, ada tampilan seni silat gajah putih dari SMP dan juga silat pagar nusa dari Madrasah Tsanawiyah I. Ada juga tari-tarian, tari kolosal gerak dalam lagu yang dibawakan secara apik oleh siswi Madrasah Tsanawiyah II, LKBB dan tari dari STTQ Acoustic Music, juga Senam Scout dari Madrasah Aliyah. Ada juga banjari dari MA dan IAIQ, hadrah dari PP Qomaruddin, dan puisi sufi dari STKIP.

Yang tak kalah menarik adalah tampilan Drama Musikal Opera Van Smadah yang diperankan oleh Bapak dan Ibu Guru SMA Assa’adah. Drama parodi ini menceritakan gambaran dari pendidikan sehari-hari. Ada dua  kelas dengan kondisi pembelajaran yang sangat jauh berbeda sifat dan kebiasaannya. Ada kelas jaman old dan ada kelas jaman now. Kelas jaman old, siswa-siswinya sangat menjunjung kebiasaan jaman dulu yang membuat kagum dan bangga. Sedangkan kelas jaman now, tingkah laku siswa-siswinya kekinian, banyak yang main hp dan pergi ke kantin saat jam pelajaran.

Selama drama berlangsung, antusiasme penonton sangat heboh sampai memenuhi bibir panggung. Suara gelak tawa penonton terdengar riuh, juga tak jarang terbawa perasaannya. Apalagi ketika Nur Azizah, salah satu guru SMAdah membacakan epilog yang mengandung pesan begitu mendalam dan luar biasa, “Setiap manusia harus selalu introspeksi diri, memperbaiki diri, baik siswa maupun guru. Rahmat Allah senantiasa menaungi manusia yang bergerak dinamis dan memantaskan diri. Ilmu itu utama, menjunjung tinggi akhlakul karimah dan tata krama dalam berprilaku dan beradab di lingkungan sekolah adalah keharusan kita. Diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari seharusnya secara istiqomah tentunya. Semoga bermakna, semoga berharga, lebih dari sekedar pesan yang dibaca, lebih dari sekedar drama yang tersaji di depan kita”.

Nur Azizah menutup persembahannya dengan lantunan puisi yang berjudul ‘Surat cinta dari seorang guru yang mengungkapkan rasa tulus dan sayang seorang guru yang begitu besar terhadap siswanya lebih dari yang mereka bayangkan. Tak sedikit yang meneteskan air mata haru dengan lantunan puisi tersebut. (Mey)

Artikel Terkait

Leave a Comment