Qomaruddin Gandeng Jurnalis Senior dalam Workshop Jurnalistik

Avatar

smulyah

Qomaruddin.com – Ahad, 11 Februari 2018, tepatnya di Aula Yayasan Pondok Pesantren Qomaruddin (YPPQ), diselenggarakan kegiatan workshop jurnalistik. Dengan bertemakan “Jurnalis Profesional untuk Informasi yang mencerdaskan”, workshop tersebut diikuti oleh tim jurnalis dari beberapa unit pendidikan dibawah naungan YPPQ. Setiap unit sekolah dan perguruan tinggi mengirimkan empat perwakilannya untuk mengikuti workshop tersebut. Diantaranya dari MA, SMA, SMK, dan juga tiga perguruan tinggi dibawah naungan YPPQ, yakni IAIQ, STTQ, dan STKIP.

Dua jurnalis senior pun digandeng sebagai pembicara, Nur Fakih dan Adriono. Nur Fakih ialah seorang wartawan senior Surabaya Pos yang telah menjadi pendamping sekaligus editor Majalah Qomaruddin sejak edisi pertama hingga sekarang. Adriono, yang dulunya pernah berprofesi sebagai guru SMEA Negeri Madiun, beralih ke dunia jurnalistik dengan menjadi wartawan harian Surabaya Pos di tahun 1990-2001. Selepas itu, dia melompat ke News Arek TV Surabaya sebagai redaktur pelaksana. Kini, dia telah berdiri sendiri sebagai pengelola MATABARU Editorial Service dan Majalah INKINDO Jatim.  Tak hanya itu, aktivitasnya juga merambah ke penulisan buku. Tak heran jika dia sekarang ini didakwa sebagai redaktur tabloid Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.

Adriono sedang menyampaikan materi teknik wawancara

Di awal materinya, Adriono mencoba membangkitkan motivasi peserta dengan memaparkan fakta bahwa setiap orang butuh belajar menulis, apapun kelak profesinya. “Di zaman NOW ini, pembuat berita bukan lagi wartawan, melainkan netizen. Data tak pernah tidur”, paparnya. Dia juga menyimpulkan beberapa hambatan dalam menulis, yang ia sebut 4 M (Malas, Memulai, Macet, Mangkrak). Untuk mengatasi hal tersebut, dia mengenalkan jurus “C” (baca: seh). “Seh… tak cobae seh, seh… tak tulise…”, ujarnya. Maksudnya adalah belajar sambil melakukan, atau bahasa kerennya “Learning by doing”.

Pada sesi berikutnya, Nur Fakih menyampaikan materi mengenai ragam tulisan jurnalistik yang secara umum terbagi menjadi berita dan opini. Setelah itu, Adriono kembali membagi ilmunya dalam hal teknik wawancara. Semua tips dan trik pun dipaparkan ke peserta. Peserta pun sangat antusias dalam setiap sesi materi workshop. Materi pun berakhir pada jam 12.00 dan dilanjutkan dengan ISHOMA. Selepas itu, peserta dikelompokkan menjadi 8 kelompok dan ditugaskan untuk melakukan wawancara sekaligus membuat liputannya.

Fifit, salah satu peserta, sedang membacakan tulisannya

Sesi akhir dari workshop ini merupakan sesi favorit para peserta. Hasil tulisan peserta dikumpulkan dan di review satu persatu  dengan mendalam oleh kedua narasumber. “Kita jadi tau kesalahan kita sendiri secara langsung, asyik…”, ujar Jazi, salah satu peserta yang mewakili redaktur majalah Qomaruddin. Banyak sekali warna dalam tulisan para peserta. Ada yang melakukan wawancara ke elemen sekolah seperti, satpam, office boy, kepala sekolah, ketua yayasan, ibu kantin, bahkan pedagang kaki lima di area Desa Bungah. Secara umum, hasil tulisan peserta sudah bagus namun masih perlu ditingkatkan. “Sudah mumpuni, tinggal improvisasi sedikit lagi”, tegas Nur Fakih.

Workshop jurnalistik tersebut ditutup secara langsung oleh Drs. H. M. Nawawi Sholih, M.Ag. selaku Ketua YPPQ. Ia mengutarakan, “Menjadi penulis bisa dari berbagai background ilmu, tidak melulu jurusan tertentu saja”, sambil memotivasi para peserta. Diakhir acara, dilakukan pemberian kenang-kenangan berupa sertifikat oleh Ketua YPPQ kepada kedua pembicara. Disamping itu, Adriono juga memberikan kenang-kenangan berupa buku karangannya, “Branding Sekolah”, kepada Ketua YPPQ. Dia berharap buku tersebut akan berguna untuk branding Qomaruddin. (ulyah)

Ketua YPPQ menyerahkan sertifikat kenang-kenangan kepada narasumber
Adriono menyerahkan buku karangannya, Branding Sekolah, ke Ketua YPPQ

Artikel Terkait

Leave a Comment